Tuhan, lihatlah betapa baik kaum beragama negeri ini, Mereka tak mau kalah dengan kaum beragama lain di negri-negeri lain.

Demi mendapatkan ridho-Mu, mereka rela mengorbankan saudara-saudara mereka; untuk merebut tempat terdekat di sisi-Mu, mereka bahkan tega menyodok dan menikam hamba-hamba-Mu sendiri.

Demi memperoleh rahmat-Mu, mereka memaafkan kesalahan dan mendiamkan kemungkaran, bahkan mendukung kelaliman; Untuk membuktikan keluhuruan budi mereka terhadap setan pun mereka tak pernah berburuk sangka;
Tuhan, lihatlah betapa baik kaum beragama di negeri ini.

Mereka terus membuatkan-Mu rumah-rumah mewah diantara gedung-gedung kota, hingga di tengah-tengah sawah dengan kubah-kubah megah dan menara-menara menjulang untuk meneriakkan nama-Mu; menambah segan dan keder hamba-hamba kecil-Mu yang ingin sowan kepada-Mu.

Nama-Mu mereka nyanyikan dalam acara hiburan hingga pesta agung kenegaraan; Mereka merasa begitu dekat dengan-Mu, hingga masing-masing merasa berhak mewakili-Mu,

Yang memiliki kelebihan harta membuktikan kedekatannya dengan harta yang Engkau berikan; yang memiliki kelebihan kekuasaan membuktikan kedekatannya dengan kekuasaan yang Engkau limpahkan, yang memiliki kelebihan ilmu membuktikan kedekatannya dengan ilmu yang Engkau kurniakan.

Mereka yang Engkau anugerahi kekuatan seringkali bahkan merasa diri Engkau sendiri; Mereka bukan saja ikut menentukan ibadah, tapi juga menetapkan siapa ke sorga- siapa ke neraka; mereka sakralkan pendapat mereka dan mereka akbarkan semua yang mereka lakukan hingga takbir dan ikrar mereka yang kosong bagai perut bedug.

Allahu akbar walillaahil hamd.
(GUS-MUSTOFA BISHRI)

Kaum Beragama di Negeri Nusantara

Rumahku adalah surgaku, begitulah kata pepatah orang
tua dahulu. Akan tetapi bagi diriku, rumahku ada di
mana-mana di atas bumi ini. Dan semua ini surga
bagiku. Di mana tanah dipijak di situlah langit aku
junjung. Di mana malam tiba di situlah diriku berteduh
dari angin dan hujan. Diriku berasal dari tanah dan akan
kembali lagi ke dalam tanah.
Aku tidak punya apa apa. Semua ini yang punya Allah.

Karena aku tidak punya apa-apa, maka aku ringan
bergerak kesana kemari dengan riang. Harta benda,
bahkan tubuh dan nyawa yang ada di dekatku ini bukan
aku yang memiliki, mereka hanyalah titipan belaka. Maka
aku wajib untuk menjaga sebaik-baiknya. Serta
menunaikan amanah Sang Pemilik Sejati, sebagaimana
yang pernah disampaikan kepada diriku sebelum lahir.
Maka aku ini sesungguhnya tidak bisa berada dengan
sendirinya. Aku tergantung pada Allah SWT.
Ketergantungan mutlak mulai dari bernafas, makan
minum tidur istirahat, berpikir, rasa batin, kebahagiaan
ketenangan, bahkan keberadaanku ini ada karena DIA
ada. Kalau seandainya DIA tidak ada, maka aku jelas
tidak ada.
Kalau seandainya DIA tidak hadir, maka pasti aku tidak
hadir. Kehadiran DIA sungguh-sungguh bisa kuresapi
dengan hati sanubariku. Kuyakin bahwa keyakinanku ini
benar karena aku tidak punya keyakinan lain selain
keyakinan yang dialirkan dari DIA.
DIA memenuhi relung batinku setiap waktu. DIA fokus
utama hidupku. DIA memenuhi kasih sayangku,
memenuhi rinduku, memenuhi rasaku hingga aku dibuat
berdebar-debar setiap waktu. DIA adalah kekasihku yang
kurindukan disetiap ruang dan waktu. Di puncak gunung
aku bersamanya, di hutan aku memeluknya, di gang-
gang kota aku bercengkrama dengannya, di ramainya
dunia aku selalu bergandengan tangan bersamanya.
Maka kubekerja, kuberkarya, kulalui hari-hariku sejatinya
bukanlah aku yang bekerja, bukanlah aku yang berkarya,
bukanlah aku yang melakukan semua ini. Bilangan dua
itu tidak ada. Hanya ada satu: Yaitu Engkau.
Kuberpesan, makamkan diriku di tanah tak dikenal bila
kelak aku sudah saatnya berpindah alam. Bagiku dikenal
atau tidak, punya nama atau tidak, karyaku diingat atau
tidak, bukan hal yang penting. Aku belajar untuk ikhlas.
Memberi tanpa harus menunggu kembalian. Seperti
matahari, seperti Allah.
Justru nikmat dan puas bila sebuah karya ada
manfaatnya. Soal siapa yang memulai karya, bukankah
tidak begitu penting untuk diketahui? Sebab bahwa
karya ku itu sejatinya adalah karya NYA. Aku hanya
menjalani takdirku saja, sebagai manusia yangmana
tanda-tanda keberadaanku pun tidak layak untuk
dikenal.
Kalau aku sudah jadi mayat. Tutupilah tubuhku dengan
tanah. Perlahan engkau tinggalkan aku pergi. Langkah-
langkahmu menjauh dari diriku. Masih terdengar jelas
langkah terakhir mereka. Aku sendirian,di tempat gelap
yang tak pernah terbayang. Sendiri…. bersama belahan
hati-belahan jiwa. Kawan dekatku hanya satu yang
selalu menemani. Allah Ta’ala…
Semasa di dunia, aku sudah tanamkan dalam hatiku:
kawan, sanak kerabat, handai tolan dan siapapun
sejatinya adalah DIA. Tidak perlu ada kesedihan
berlebihan ketika sosok mereka satu persatu
meninggalkan diriku. Kepedihan, kegalauan,
kebingungan tidak perlu ada. Aku tetap sendiri, disini,
bersama kekasihku yang selalu menemani.
YA RAHMAN, engkau beri semua makhluk apa yang
mereka butuhkan untuk hidup dan pulang ke jalan-MU.
Maka bersama ini aku kembalikan harta yang telah
kukumpulkan,yang telah kumakan dengan rakus, yang
telah kulahap dengan nafsu ini kepada-MU, karena
memang bukan aku yang punya. Apa hakku untuk
mencuri milik MU? Apa hakku untuk mengaku ini
hartaku?
YA RAHIM, engkau cintai dan sayangi semua makhluk
tanpa terkecuali. Engkau kasihi ayah dan ibuku, isteri
dan anakku. Kupasrahkan nasib mereka kepadamu,
karena engkau yang menggenggam nasib mereka di
tanganmu.
YA ALLAH, Engkau selalu membuka setiap kesempatan
padaku untuk menyesal dan bertobat. Maka apa lagi
yang membuatku sedih? Engkau pinjamkan waktu milik-
MU, agar aku senantiasa bisa memperbaiki kesalahan
dan dosa ku. Dengan kesadaran-Mu, aku bisa memohon
maaf pada mereka yang selama ini telah merasakan
kezalimku,yang selama ini sengsara karena aku.
Aku adalah milik MU
Aku adalah kepunyaan MU
Aku tidak punya apa-apa
Aku di dalam kekuasaan MU
Aku tidak ada
Alam semesta tidak ada
Engkaulah yang ada
Cuma Engkau, yang lain tidak
La ilaha Ilallah

@kwa2014

Makamkan aku di Tanah tak Bernama

ketika asu jadi.. sasaran perolokan.. kemanakah rasamu.. apakah kamu sangka asu tak memperolok temannya dg menyasarkan olokan itu padàmu..??
duh gusti, mulyakanlah hati asu asu yg telah dihina oleh para kholifah didunia ini..
andai aku asu.. maka mustahil klakuanku bisa semulya asu. yg tiap saat sering diperolok, dijauhi.. dan iblis ibliskan oleh mereka..
asu.. aq minta maaf.

Asu aku minta maaf

och.. betapa nikmatnya hidup itu Lilaahi ta'ala..
bekerja lilah.. berkarya lilah..
berdagang lilah.. beribadah lilah.. seakan tak butuh apa
apa.. melainkan lilah.. coba melirik kebelakang tentang
aktivitas-aktivitas kita yg lalu.. antara yg lilah dan lid dunya..
temukan rasa dan kenyamann dr keduanya..
tak lain yg kau dapat adalah kegembiraan ketika lilah...

Nikmatnya bekerja lillah

Asu itu.. Mulia..

Asu itu...

# SelamatPagi para Putra terbaik #Bangsa ..
apa kabarmu today?? masih adakah ediologi bahkan
edialis dalam dirimu yg menggebu2 itu?? sadarlah dan
resapilah, bahwa dirimu bukanlah untukmu kamu
dilahirkan..
bukannya teroleh dirimu kmu direncanakan..
dan tidaklah tersampai atasmu kmu diciptakan..
melaikan.. untuk secuil daratan seember lautan yg
terbentang bagai perahu keragaman adat dan
kebudayaan.
sabang meraukelah ujung dari kebangsaanmu..
kembangkan dan pelihara lah amanat ini untukmu..
jangan kau ingkari..
ingatlah kmu bukan untukmu dilahirkan. tapi untuk
orang2 disekitarmu..

(doel-catatangus//20072014).

Kamu bukanlah untukmu dilahirkan

"Jadilah yang pertama, kalau tidak bisa jadilah yang
terbaik, tapi kalau tidak bisa maka jadilah yang
berbeda."
Nice quote from Rully Kustandar. :-)

Berusahalah menjadi Pemenang